Selasa, 16 Agustus 2011

Makna Syahadatain

 

Makna Syahadatain

I. Pendahuluan
Kalimat syahadat adalah pintu gerbang seseorang menjadi muslim. Ketika seseorang ingin masuk Islam, hal pertama yang dilakukan adalah mengucapkan “Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammaddar rosuulullaah”. Dengan ucapan tersebut ia otomatis sudah menjadi seorang muslim yang memiliki konsekuensi menjalankan syariat Islam. Kalimat ini pulalah yang menentukan seseorang itu husnul khatimah atau su’ul khatimah di akhir hayatnya. Dengan kalimat ini pula pintu syurga terbuka untuknya.
Konsep yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallaah adalah konsep pembebasan manusia dari penghambaan apapun kecuali Allah SWT semata-mata. Manusia menafikkan secara langsung segala bentuk ketuhanan yang ada di alam ini, kecuali hanya Allah SWT. Penolakan tersebut bertujuan untuk membersihkan aqidah dari syubhat ketuhanan dan menegaskan bahwa segala arti dan hakikat ketuhanan itu hanya ada pada Allah.
Kalimat syahadah ini memberikan pemahaman kepada kita dalam memahami dan bersikap bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah saja, tiada pemberi rizki selain Allah, tiada pemilik selain Allah, tiada yang dicintai selain Allah, tiada yang ditakuti selain Allah, tiada yang diharapkan selain Allah, tiada yang menghidupkan dan mematikan selain Allah, tiada yang melindungi selain Allah, tiada daya dan kekuatan selain Allah dan tiada yang diagungkan selain Allah. Kemudian pengakuan Muhammad Rasulullah adalah menerima cara menghambakan diri berasal dari Rasulullah SAW sehingga tata cara penghambaan hanya berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan kepada rasul-Nya.
Oleh karena itu syahadatain menjadi suatu pondasi dari sebuah metode lengkap yang menjadi asas kehidupan umat muslim. Dengan pondasi ini kehidupan Islami akan dapat ditegakkan. Semakin dalam pemahaman kita terhadap konsep syahadatain dan semakin menyeluruh kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka semakin utuh kehidupan Islami tumbuh dalam masyarakat muslim.
II. Definisi Syahadah
1. Secara bahasa, “Asyhadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang dilakukan ketika diucapkan  Asyhadu ini sendiri memiliki tiga arti:
a. Al I’lan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
b. Al Wa’d (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
c. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
2. Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :
a. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
b. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
c. Dibuktikan dengan perbuatan (al ’amalu bil arkan)
Menurut hadist : “Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan rukun-rukunnya”. (HR Ibnu Hibban)
 Setelah memahami syahadah maka akan muncul keimanan, keimanan ini harus terus disempurnakan dengan sikap istiqomah, QS. Al Fushilat (41)
Istiqomah yang benar akan menghasilkan :
a. Syaja’ah (berani), QS.Al Maidah (5) : 52
b. Ithmi’nan (ketenangan), QS Ar Ra’du (13) : 28
c. Tafa’ul (optimis)

III. Jenis-jenis Syahadah
a.  Syahadah Rububiyah yaitu pengakuan identitas terhadap Allah sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa,
QS. Al A’raf (7) : 172
b.  Syahadah Uluhiyah yaitu : pengakuan loyalitas terhadap Allah sebagai satu-satunya supremasi yang boleh disembah dan ditaati, QS. Al A’raf (7) : 54
c.  Syahadah risalah yaitu pengakuan terhadap diri Muhammad SAW sebagai utusan-Nya beliau adalah panutan terbaik bagi manusia,
QS. Al Ahzab (33) : 21

Rapatkan dan Luruskan Shaf (Barisan) Sholat


Rapatkan dan Luruskan Shaf (Barisan) Sholat
Penulis memperhatikan bahwa pada sebagian besar masjid/musholla yang telah penulis kunjungi untuk melaksanakan sholat, senantiasa terdapat beberapa wanita yang melaksanakan sholat berjama’ah namun antar jama’ah wanita tersebut terdapat jarak/celah yang lebarnya bahkan sampai  1 (satu) meter.  Terkadang bila sholat berjama’ah dan penulis bermaksud merapatkan shaf, maka jama’ah disebelah kanan/kiri malah semakin menjauhkan kaki mereka dari kaki penulis.
Kedua kondisi diatas membuat sedih penulis,  karena dalam Islam pada saat melaksanakan sholat berjama’ah kita dianjurkan untuk senantiasa meluruskan shaf dan menutup celahnya (merapatkannya).
Hal tersebut berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha, dia bercerita : Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah dan Para Malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang menyambung barisan. Barang siapa menutupi kerenggangan (yang ada dalam barisan), niscaya dengannya Allah akan meninggikannya satu derajat.” (HR. Ibnu Majah,Ahmad, Ibnu Khuzaimah,Al-Hakim,  dinilai Shahih oleh Adz-Dzahabi dan al-Albani).
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhumaa, Rasulullah Shollallahu ’alayhi wa Sallam bersabda:
“Barang siapa yang menyambung shaff niscaya Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa memutuskan shaff niscaya Allah ‘Azza wa Jalla pun akan memutuskannya”. (HR. An-nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, dinilai shahih oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
Dari Abu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Adalah Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam mengusap pundak-pundak kami dengan berkata :
“Luruskanlah shaf-shaf kalian dan janganlah berselisih sehingga hati kalian akan berselisih”. (HR. Muslim)
Beliau juga pernah berkata :
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, jika tidak, maka Allah akan menimpakan
perselisihan di antara kalian”. (HR. Bukhari & Muslim)
Sehingga bengkoknya shaf akan mengakibatkan permusuhan dan pertentangan hati, kekurangan iman dan hilangnya kekhusyu’an.
Sebagaimana lurusnya sebuah shaf termasuk (sebagian dari) kesempurnaan sholat, yang demikian itu diungkapkan  di dalam sabda Rasulullah shollallaahu ‘alayhi wa Sallam,
“Karena lurusnya shaf itu sebagian dari kesempurnaan shalat.” (HR. Muslim).
Di dalam riwayat lain :
“Karena lurusnya shaf itu sebagian dari baiknya sholat”(HR. Al-Bukhari & Muslim).
Ya Ukhty Muslimah, mari rapatkan dan luruskan shaf kita. Semoga dengannya, Allah mengangkat derajat kita, menjauhkan perselisihan dan permusuhan di antara kita. Amiin…
Sumber :
1.Ensiklopedi Shalat menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Dr. Sa’id bin ’Ali bin Wahf al-Qahthani, Pustaka Imam Asy-Syafi’i , Hal 580-581
2.Ensiklopedi Mini Keutamaan Sholat Berjama’ah , Prof. Dr. Fadhl Ilahi ,  Salwa Press, Hal. 42
3.Pengaruh Shalat terhadap Iman dan Jiwa Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Husain bin ‘Audah al-’Awayisyah, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Hal. 18

Amanah

 "AMANAH"
Amanah-Amanah Yang Tidak Mudah Ditunaikan
20-03-2010 / 01:14:26
Syurga dipagari dengan duri dan Neraka tidak terpagari, semua serba mudah & asyik..

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ (١٤٢)


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS.3:142)

Didalam Al qur’an disebutkan bahwa memasuki syurganya Allah bukanlah perkara mudah, perlu perjuangan yang dahsyat. Tidak sepeti ketika memilih memasuki tempat akhir satunya (baca:neraka), dihiasi dengan kenikmatan, serba kebolehan serta didukung oleh mayoritas penggemar maksiyat dan support langsung dari syetan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَ حُجِبَتِ اْلجَنَّةُ بِاْلمَكَارِهِ. البخارى


Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Neraka itu diliputi dengan syahwat (kesenangan-kesenangan), dan surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 186]

Syeikh Al Nawawi Al Bantani, seorang ulama besar dari Indonesia dan juga guru di Masjidil Haram memberikan keterangan tentang sulitnya menjaga amanat-amanat sebagai seorang Muslim.

Dari berbagai amanat dan kewajiban manusia beriman, ada beberapa macam yang terasa berat dan susah untuk ditunaikan. Dan ini sebenarnya bisa dilakukan (walau sulit) dan Allah SWT memberikan derajat yang mulia jika kita bisa melaksanakannya dengan baik dan maksimal. Empat Amanat yang Berat ditunaikan kebanyakan manusia tersebut adalah :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)


133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

[229] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

(QS.Ali Imran 3 : 133-135)

1.    Memberi Maaf ketika Marah

… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.

Seringkali kita merasakan sesaknya dada, panasnya pikiran dan tergesanya indera-indera lainnya dalam memutuskan sesuatu ketika sedang marah.

Marah dalam hal baikpun perlu control management, karena seperti yang telah disampaikan dalam kajian bahwa marah adalah jalan favorit syetan untuk gencar membisiki manusia.

Nah, ketika kondisi seperti itu terjadi maka “memberikan maaf” adalah kalimat yang susah sekali ditunaikan. Ketika emosi marah terjadi, kadang kita malah gelap mata ingin membalas perlakuan kedholiman kepada diri ini dengan sesuatu yang lebih dholim.

Dipukul sekali rasanya ingin membalas dengan pukulan berkali-kali dengan dalih agar jera. Berkata buruk dan kasar karena merasa didholimi, dan terkadang ucapan buruk kita melebihi dengan ucapan buruk yang kita terima. Itulah sebabnya memberikan maaf ketika marah sepertinya sulit diwujudkan. Padahal Allah SWT telah mengkabarkan jika kita mampu memberikan maaf maka itu lebih baik, dan itulah ciri-ciri hati manusia taqwa.

Tidak ada istilah “tiada maaf bagimu” atau istilah “biarlah memaafkan ini berlalu dengan waktu”. Allah SWT saja Maha Penerima Taubat, Rosululloh SAW dalam sirah selalu mencontohkan untuk memberikan maaf dengan atau tanpa permintaan dari sang pelaku.

Dan dalam ilmu psikologi, memberikan maaf akan memberikan rasa tentram di hati dan memberikan kesejukan dalam bermuamalah dan menyuburkan silaturrahim.

Bukankah tidak ada manusia yang bersih dari dosa?? Jadi seseorang yang bersalah kepada kita adalah sangat wajar. Dan kita juga sebaliknya bisa melakukan hal yang sama.

2.    Berderma ketika Miskin
… (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,

Kenapa hal ini berat dilakukan? Karena banyak sekali diantara kita menganggap status miskin adalah status yang aman untuk berkata tidak dalam bersedekah. Untuk makanpun susah, apalagi harus berbagi dengan orang lain.

Ketika kita dan keluarga ini miskin seolah-seolah semua yang tersisa adalah barang berharga. Jadi imposible untuk memberikannya kepada orang lain atau memberikannya dijalan dakwah fisabilillah. Bahkan selalu memposisikan, saya adalah objek kedermawanan bukan sebagai subjek. Maka betul sekali! Bahwa ketika miskin atau susah, itulah kondisi paling sulit dalam menyambut himbauan infaq sedekah.

Tetapi bagi sebagain orang yang nilai keimanannya kebih mantap, kemiskinan bukan menjadi masalah. Semua harta adalah titipan Allah SWT, adalah hal yang super sangat mudah bagi Allah SWT memberikan rizki kepada hambanya bahkan dengan tiba-tibapun.

Tidak ada istilah merasa bahwa “saya ini adalah termiskin didunia”. Ketahuilah semiskin apapun, masih banyak yang lebih susah dari kita. Nikmat Iman dan kesehatan adalah sesuatu yang tidak ternilai apalagi untuk diuangkan. Allah Maha Kaya, tidak Tidur dan selalu memperhatikan hamba-Nya yang secara maksimal mendermakan hartanya di jalan Allah SWT.

Berbahagialah jika kita masuk kategori tersebut, hidup terasa benar-benar menikmati karunia Allah SWT. Bukankah Rasululloh SAW bukanlah seseorang yang kaya? Dan bagi yang kaya, kebakhilan dan kesombongan mengancam dirimu dan tidak ada jalan lain selain menjadi dermawan ketika kaya. Karena itulah jalan yang lurus menuju syurga.


3.    Meninggalkan yang Haram dan Dholim ketika sendirian

… Ya Rasulullah, apakah ihsan itu ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Yaitu engkau takut kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu Melihatmu”. Orang itu berkata, “Engkau benar”…( [HR. Muslim juz 1, hal. 40]

Hal ketiga yang susah dilakukan adalah meninggalkan kedholiman ketika sendirian. Bukankah kita setiap tahun selama sebulan (ramadhan) kita ditempa untuk jujur, meninggalkan yang sesuatu padahal itu halal. Dan itu hanya diketahui oleh kita sendiri dan Allah SWT.

Meninggalkan kedholiman atau kemaksiatan secara bersama-sama di lingkungan sholeh adalah mudah, selain malu kepada Allah SWT kita juga akan merasa malu dan hina diketahui oleh orang lain.

Tetapi ketika sendirian, syetan lebih hebat lagi beraksi. Menjadikan akal sehat kita lupa, sesuatu yang haram ‘dibungkus’ seolah menjadi halal, yang jelas-jelas maksiyat bisa dilakukan dengan ringan dengan dalih tidak ada yang melihat, tidak ada yang dirugikan, darurat dan sebagainya.

Ingatlah selalu bahwa Allah itu Maha Melihat, Maha Tahu, Tidak Tidur dan semua yang bergerak didunia ini tidak lepas dari pengamatan Allah SWT walaupun hanya selembar daun di tengah hutan.

Jikalau kita berdua, Allah SWT Hadir sebagai yang ketiga. Ketika kita sendiri, Allah menjadi yang kedua. Maka betul sekali bahwa tingkatan ihsan adalah tertinggi, dimana kita selalu merasa dilihat oleh Allah SWT sehingga apa yang dilakukan dan apa yang disembunyikan didalam hati selalu jauh dari keinginan menyimpang dari jalan lurus, jalan menuju ridho Allah SWT.

4.    Berkata jujur kepada siapapun
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَيْكُمْ بِالصّدْقِ فَاِنَّ الصّدْقَ يَهْدِى اِلىَ اْلبِرّ وَ اِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَتَحَرَّى الصّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدّيْقًا. وَ اِيَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اِنَّ اْلفُجُوْرَ يَهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَ يَتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا. مسلم


Dari 'Abdullah (bin Mas'ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seseorang itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta". [HR. Muslim juz 4, hal. 2013]

Lawannya jujur adalah dusta, pembohong. Berkata benar dan jujur kepada teman-teman sefaham di barisan kita mungkin hal yang sangat mudah.
Tetapi berkata benar dan jujur kepada seseorang yang tidak disukai atau kepada lawan adalah hal yang sulit.

Kita harus berani mengatakan bahwa itu salah dan tidak benar walaupun itu berkaitan dengan seseorang yang kita cintai atau seseorang yang kita hormati.

Lidah ini kadang kelu ketika harus mengatakan ‘oh ya saya yang salah”..”gini pak, anda salah harusnya tidak seperti itu”…”saya tidak setuju karena itu tidak benar!” didepan seseorang yang kita segani.
Maka sebagai manusia beriman, harus berani berkata benar kepada siapapun dan dengan resiko apapun. Kejujuran yag menyakitkan lebih baik daripada kebohongan yang menipu dan menyenangkan.

Keberanian Abu bakar mengatakan kebenaran 100% terhadap isra mi’’raj yang dilakukan Nabi patut ditiru, padahal hampir semua penduduk Mekah tidak percaya dan menertawakan Rosululloh SAW sebagai yang mengada-adakan cerita bohong.

Keberanian seorang anak gembala untuk mengatakan “dimanakah Allah ???” ketika sang khalifah Umar bin Khattab mencoba merayu ingin membeli domba diantara ratusan yang ada. Dan dipastikan itu tidak akan diketahui oleh siapapun termasuk sang pemilik. Tetapi anak gembala tersebut jujur dan berani.

Keberanian pemimpin Turki mengatakan kebohongan dan kekejian negara Israel dalam suatu dialog dengan pemimpinnya secara langsung ketika event negara-negara internasional adalah keberanian yang sekarang susah dicari, padahal saat itu tidak satu negarapun yang berani menyinggung ataupun membahas perkara ‘sensitif’ itu mengingat Israel selalu dilindungi Amrik (the real terrorist).

Jadi saatnya kita harus belaku dan berkata jujur, kapanpun-dimanapun dan kepada siapapun.Semoga kita termasuk manusia yang mampu memegang amanah. Amiin

Selasa, 09 Agustus 2011

Ilmu

AL’ILMU

Mukodimah.
QS. 17/36 : Larangan mengikuti suatu perkara amal tanpa dilandasi dengan ilmu pengetahuan.
Pengertian ilmu.
  1.       Secara bahasa.
Mengetahui, mempelajari (‘Alima – Ya’lamu – ‘Ilmaan).
  1.       Secara istilah.
Ilmu itu adalah penjelasan terhadap sesuatu hal yang tidak di ketahuinya sehingga dapat dimengerti / dipahami.
Kewajiban menuntut ilmu.
  • QS. 96/1,3 : Perintah untuk membaca.
  • QS. 47/19 : Perintah untuk mengetahui bahwa tiada ilah kecuali Alloh.
  • QS. 2/31 : Nabi adam dibekali ilmu pengetahuan.
  • Hadits Nabi Riwayat H.R. Ibnu Majah no. 220
Dari Anas bin malik R.A ia berkata :
Bersabda Rosululloh SAW  :
“Menuntut ilmu (belajar) adalah kewajiban setiap muslim.”
Fungsi ilmu.
  • QS. 22/54 : Sebagai landasan ilmu.
Keimanan harus berlandaskan ilmu tidak boleh berperasangka / menduga–duga.
10/36.
  • QS. 17/36 : Sebagai landasan amal.
“Barang siapa yang beramal berdasarkan almu pengetahuan niscaya Alloh akanmengajarkan sesuatu yang belum ia ketahui.”
(H.R. Ad-Dairami, Kitab Al-Mukoddimah, no:384)
Kedudukan orang yang berilmu.
QS. 58/11 : Ditinggikan derajatnya.
QS. 39/9 : Mempunyai perbedaan dengan orang lain.
Keutamaanmenuntut ilmu.
  • QS. 3/7 : Dapat mengambil pelajaran dari Al-Qu’an.
  • QS. 13/36 : Diberi kemudahan memahami Alloh.
  • QS. 35/19 : Dapat memahami perumpamaan.
  • QS. 35/28 : Menumbuhkan rasa takut (khouf) kepada Alloh.
Dari Anas bin malik R.A. berkata : Telah bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa yang keluar untuk menuntutn ilmu
Maka ia berada dijalan Alloh sampai ia kembali pulang.”
(HR. At-Tirmidzi, Kitab Ilmi, no. 2571)
  • Dimudahkan jalan masuk surga. Hadits Nabi SAW.
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk
Untuk mencari ilmu niscaya Alloh akan memudahkan
Baginya jalan menuju surge.”
(HR. Muslim, Kitab Dzikir, no. 4867)